Jumat, 07 November 2014

BELAJAR BERTANGGUNG JAWAB

MAKALAH PSIKOLOGI
BELAJAR BERTANGGUNG JAWAB
TAHUN AKADEMIK 2014/2015


Dosen :
Dwi Novita Indikasari, M.Psi

Disusun Oleh :
Sari Nur Indah

Tingkat :
1 B / Semester I
Program Studi :
D3 Keperawatan



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN
JURUSAN D3 KEPERAWATAN
TANGERANG
JL. Dr. Sitanala – Tangerang Telp. 021 5522250, 021 55733740 Fax. 021 552250

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Manusia, tumbuhan, dan hewan adalah makhluk di muka bumi ini yang diciptakan Maha Pencipta untuk melakukan tugasnya dan mengabdi kepadanya. Kenapa demikian? Jelas tujuan kita hidup di dunia adalah mencari pahala sebanyak-banyaknya untuk menempatkan diri kelak disurga.
Bagaimana caranya? Yaitu dengan bertanggung jawab di dunia maupun di akhirat. Bertanggung jawab kepada dunia bisa meliputi kita bertanggung jawab diri sendiri, bertanggung jawab kepada orang lain, dan orangtua kita.
Pengertian tanggung jawab dalam Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan dimana wajib menanggung segala sesuatu, sehingga berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.
Adapun tanggung jawab secara definisi merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan baik yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
Tanggung jawab kepada diri sendiri itu adalah tanggung jawab yang ditunjukkan untuk dirinya sendiri, khususnya yaitu tanggung kepada cita-cita kita dimasa depan. Tanpa adanya tanggung jawab pasti cita-cita itu akan sulit untuk dicapai. Selain kepada cita-cita, kita juga harus bisa mengatur diri kita sendiri agar sesuai dengan cita-cita yang kita inginkan. Tanggung jawab itu sangat penting sekali dalam kehidupan karena tanggung jawab akan mencerminkan diri kita sendiri di hadapan orang banyak. Memang cukup sulit untuk bisa memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi. Itu semua dapat timbul tergantung pada diri kita masing-masing. Jika kita ada niat untuk menanamkan rasa tanggung jawab dalam diri kita sendiri, pasti kita akan mendapat kepercayaan dari orang banyak dan kita juga harus bisa menjaga kepercayaan seseorang dengan rasa tanggung jawab yang tinggi.
Tanggung jawab kepada orang lain dan lingkungan (sosial) di mana kita hidup. Kita ketahui bersama bahwa manusia adalah mahluk yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya untuk pengembangan dirinya. Dengan kata lain, kita mempunyai kewajiban-kewajiban moral terhadap lingkungan sosialnya. Kita sadar bahwa kalau kita tidak melaksanakan tanggung jawab terhadap orang lain, tidak pantas bagi kita menuntut orang lain untuk bertanggung jawab pada kita. Kalau kita tidak berlaku adil pada orang lain, jangan harap orang lain akan berbuat adil pada kita.

B.       Tujuan
1.    Memahami pengertian tanggung jawab
2.    Mengetahui macam-macam tanggung jawab
3.    Mengetahui contoh bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Definisi Manusia
Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk natural dan supranatural, manusia mempunyai jiwa bebas dan hakikat-hakikat yang mulia.
Manusia adalah kemauan bebas. Inilah kekuatannya yang luar biasa dan tidak dapat dijelaskan. Kemauan dalam arti bahwa kemanusiaan telah masuk ke dalam rantai kausalitas sebagai sumber utama yang bebas kepadanya dunia alam –world of nature–, sejarah dan masyarakat sepenuhnya bergantung, serta terus menerus melakukan campur tangan pada dan bertindak atas rangkaian deterministis ini. Dua determinasi eksistensial, kebebasan dan pilihan, telah memberinya suatu kualitas seperti Tuhan.
Manusia adalah makhluk yg sadar. Ini adalah kualitasnya yang paling menonjol. Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya refleksi yang menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia eksternal, menyingkap rahasia yang tersembunyi dari pengamatan, dan mampu menganalisa masing-masing realita dan peristiwa. Ia tidak tetap tinggal pada permukaan serba indera dan akibat saja, tetapi mengamati apa yang ada di luar penginderaan dan menyimpulkan penyebab dari akibat. Dengan demikian ia melewati batas penginderaannya dan memperpanjang ikatan waktunya sampai ke masa lampau dan masa mendatang, ke dalam waktu yang tidak dihadirinya secara objektif. Ia mendapat pegangan yg benar, luas dan dalam atas lingkungannya sendiri. Kesadaran adalah suatu zat yg lebih mulia daripada eksistensi.
Manusia adalah makhluk yg sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satunya makhluk hidup yang mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri. Ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui, dan menilai dirinya.
Manusia adalah makhluk kreatif. Aspek kreatif tingkah lakunya ini memisahkan dirinya secara keseluruhan dari alam dan menempatkannya di samping Tuhan. Hal ini menyebabkan manusia memiliki kekuatan ajaib-semu –quasi-miracolous– yang memberinya kemampuan untuk melewati parameter alami dari eksistensi dirinya, memberinya perluasan dan kedalaman eksistensial yang tak terbatas, dan menempatkannya pada suatu posisi untuk menikmati apa yang belum diberikan alam.
Manusia adalah makhluk idealis, pemuja yang ideal. Dengan ini berarti ia tidak pernah puas dengan apa yang ada, tetapi berjuang untuk mengubahnya menjadi apa yang seharusnya. Idealisme adalah faktor utama dalam pergerakan dan evolusi manusia. Idealisme tidak memberikan kesempatan untuk puas di dalam pagar-pagar kokoh realita yang ada. Kekuatan inilah yg selalu memaksa manusia untuk merenung, menemukan, menyelidiki, mewujudkan, membuat, dan mencipta dalam alam jasmaniah dan rohaniah.
Manusia adalah makhluk moral. Di sinilah timbul pertanyaan penting mengenai nilai. Nilai terdiri dari ikatan yang ada antara manusia dan setiap gejala, perilaku, perbuatan atau dimana suatu motif yang lebih tinggi daripada motif manfaat timbul. Ikatan ini mungkin dapat disebut ikatan suci, karena ia dihormati dan dipuja begitu rupa sehingga orang merasa rela untuk membaktikan atau mengorbankan kehidupan mereka demi ikatan ini.
Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya sendiri, dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yang bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut campur dalam alam yang independen, memiliki kekuatan untuk memilih, dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alami. Kekuatan ini memberinya suatu keterlibatan dan tanggung jawab yang tidak akan punya arti kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada sistem nilai.

B.       Definisi Tanggung Jawab
Pengertian tanggung jawab dalam Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan dimana wajib menanggung segala sesuatu, sehingga berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.
Adapun tanggung jawab secara definisi merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan baik yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
Tanggung jawab kepada diri sendiri itu adalah tanggung jawab yang ditunjukkan untuk dirinya sendiri, khususnya yaitu tanggung kepada cita-cita kita dimasa depan. Tanpa adanya tanggung jawab pasti cita-cita itu akan sulit untuk dicapai. Selain kepada cita-cita, kita juga harus bisa mengatur diri kita sendiri agar sesuai dengan cita-cita yang kita inginkan.
Tanggung jawab bersifat kodrati, yang artinya tanggung jawab itu sudah menjadi bagian kehidupan manusia bahwa setiap manusia dan yang pasti masing-masing orang akan memikul suatu tanggung jawabnya sendiri-sendiri. Apabila seseorang tidak mau bertanggung jawab, maka tentu ada pihak lain yang memaksa untuk tindakan tanggung jawab tersebut. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:
1.      Dari sisi yang berbuat
2.      Dari sisi yang kepentingan pihak lain
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

C.      Hubungan Manusia dan Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan sesuatu yang mendampingi hak asasi manusia sejak lahir. Tanggung jawab mengandung 2 unsur kata yaitu menangggung dan menjawab. Menanggung sendiri yaitu memikul sesuatu, baik nyata ataupun tidak. Sedangkan menjawab adalah sesuatu hasil yang mutlak dari sebuah reaksi manusia dalam merespon sesuatu disekitarnya. Dapat diartikan tanggung jawab adalah sesuatu yang ditanggung dan harus dilakukan oleh manusia, baik terlihat maupun tidak terlihat. Tanggung jawab sendiri erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari manusia, maka dari itu diperlukan sebuah tekad untuk melaksanakan sebuah tanggung jawab.
Contoh sehari-hari sebuah tanggung jawab yaitu
             1.     Seorang anak yang telah menerima hak untuk disekolahkan oleh orang tuanya, maka harus belajar dengan giat dan menjadi seorang siswa/siswi yang berprestasi.
             2.     Tuhan menciptakan manusia ke dunia dan memberikan hak untuk hidup namun manusia tersebut harus taat dan mematuhi larangannya agar tetap selamat. 

D.      Macam-Macam Tanggung Jawab
Tujuan manusia berjuang itu untuk memenuhi keperluannya sendiri atau untuk keperluan pihak lain. Untuk itu, ia menghadapi manusia lain dalam masyarakat atau menghadapi lingkungan alam. Dalam usahanya itu manusia juga menyadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut menentukan, yaitu kekuasaan Tuhan. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang dibuatnya, atas dasar ini lalu dikenal beberapa jenis tanggung jawab, yaitu :
1.    Tanggung jawab terhadap Tuhan
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisa kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab langsung terhadap Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukum-hukum Tuhan yang telah diatur sedemikian rupa dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam-macam agama.
2.    Tanggung jawab terhadap diri sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri menentukan kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi.
3.    Tanggung jawab terhadap keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri dari suami, isteri, ayah, ibu, anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarga. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, dan kehidupan.
4.    Tanggung jawab terhadap masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain. Sehingga dengan demikian manusia disini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
5.    Tanggung jawab kepada Bangsa / Negara
Suatu kenyataan lagi, bahwa tiap manusia, tiap individu adalah warga negara suatu negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatan itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada Negara.

E.       Pengabdian dan Pengorbanan
Wujud tanggung jawab juga berupa pengabdian dan pengorbanan adalah berbuat baik untuk kepentingan manusia itu sendiri.
1.    Pengabdian
Pengabdian itu adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat, ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian itu hakekatnya adalah rasa tanggung jawab, apabila orang bekerja keras sehari penuh untuk mencukupi kebutuhan, hal itu berarti mengabdi kepada keluarga. Lain halnya jika kita membantu teman dalam kesulitan, mungkin sampai berhari-hari itu bukan pengabdian, tetapi hanya bantuan saja.
2.    Pengorbanan
Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan, sehingga pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur keikhlasan yang tidak mengandung pamrih suatu pemberian yang didasarkan atas kesadaran moral yang tulus ikhlas semata-mata.
Perbedaan antara pengertian pengabdian dan pengorbanan tidak begitu jelas, karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan.
Pengorbanan merupakan juga bagian dari pengabdian. Segala sesuatu yang bersifat pengabdian, pasti terdapat tindakan pengorbanan, sekecil apapun itu. Berbuat pengorbanan itu bermacam-macam, dapat berupa harta benda, pikiran, perasaan, bahkan dapat juga berupa pengorbanan berbentuk jiwanya. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan.
Pengabdian lebih banyak mengarah kepada perbuatan, sedangkan, pengorbanan lebih banyak menunjuk kepada pemberian sesuatu, misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga, biaya, waktu. Dalam pengabdian selalu dituntut pengorbanan dan pengorbanan belum tentu menuntut pengabdian.

F.       Contoh Rasa Bertanggung Jawab
1.    Terhadap diri sendiri
Misalnya sebagai seorang pelajar kita haruslah mengerti dan menyadari posisi kita untuk senantiasa belajar dan mengerjakan segala pekerjaan rumah dengan penuh dedikasi, karena hal-hal seperti itulah yang akan mempengaruhi kesuksesan kita sendiri pada akhirnya. Hal-hal tersebut tidak ada kaitannya sama sekali dengan orang lain, karena yang menentukan jalan hidup kita, masa depan kita adalah kita sendiri.
2.    Terhadap keluarga
Misalnya seorang anak memiliki tanggung jawab kepada keluarganya untuk selalu menjaga dan melindungi nama baik keluarganya setiap saat dengan cara bertindak dan berperilaku dengan sopan dan santun sesuai dengan aturan yang ada dalam masyarakat dan tidak melanggar aturan-aturan tersebut.


3.    Terhadap masyarakat
Manusia sebagai mahkluk sosial tentunya tidak dapat hidup sendiri dan harus bermasyarakat dengan individu lainnya. Oleh karena itu, setiap anggota masyarakat memiliki tanggung jawab yang sama dalam masyarakat, misalnya tanggung jawab untuk menjaga kebersihan, keamanan, dan ketentraman di lingkungan masyarakat tersebut.
4.    Terhadap bangsa dan negara
Dalam bermasyarakat untuk mencapai tujuan kesejahteraan bersama maka diadakannya kegiatan berbangsa dan bernegara. Dimana masing-masing dari kita memiliki tanggung jawab yang sama untuk Negara yakni menjaga persatuan dan kesatuan Negara dengan mengikuti hukum dan tata tertib berbangsa dan bernegara yang diterapkan di Negara tersebut.
5.    Terhadap Tuhan
Sebagai mahkluk yang telah di ciptakan oleh Tuhan di dunia ini, dilindungi dan dibesarkan, diberikan akal sehat dan berbagai macam rahmat dan karunia-Nya maka kita tentunya memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan segala sesuatu yang telah diberikan-Nya kepada kita dan serta senantiasa mensyukuri apa yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kita dengan cara beribadah dan berdoa kepada-Nya.

G.      Tanggung Jawab Terhadap Anak
Pada umumnya banyak keluarga berharap dapat mengajarkan tanggung jawab dengan memberikan tugas-tugas kecil kepada anak dalam kehidupan sehari-hari. Dan sebagai orang tua tentunya kita pun berkeinginan untuk menanamkan rasa tanggung jawab pada anak.
Tuntutan yang teguh bahwa anak harus setia melakukan tugas-tugas kecil itu, memang menimbulkan ketaatan. Namun demikian bersamaan dengan itu bisa juga timbul suatu pengaruh yang tidak kita inginkan bagi pembentukan watak anak, karena pada dasarnya rasa tanggung jawab bukanlah hal yang dapat diletakkan pada seseorang dari luar, rasa tanggung jawab tumbuh dari dalam, mendapatkan pengarahan dan pemupukan dari sistem nilai yang kita dapati dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Rasa tanggung jawab yang tidak bertumpuk pada nilai-nilai positif, adakalanya dapat berubah menjadi sesuatu yang asosial.
Ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk mendidik anak sejak usia dini agar menjadi anak yang bertanggung jawab, sebagaimana Charles Schaeffer, Ph.D. mengutip apa yang pernah dikemukakan oleh Dr. Carlotta De Lerma tentang prinsip-prinsip penting yang harus dilakukan untuk membantu anak bertanggung jawab.
1.    Memberi teladan yang baik
Dalam mengajarkan tanggung jawab kepada anak akan lebih berhasil dengan memberikan suatu teladan yang baik. Cara ini mengajarkan kepada anak bukan saja apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, akan tetapi juga bagaimana orang tua melakukan tugas semacam itu.
2.    Tetap dalam pendirian dan teguh dalam prinsip
Dalam hal melakukan pekerjaan, orang tua harus melihat apakah anak melakukannya dengan segenap hati dan tekun. Sangat penting bagi orang tua untuk memberikan suatu perhatian pada tugas yang tengah dilakukan oleh si anak. Janganlah sekali-kali kita menunjukkan secara langsung tentang kesalahan-kesalahan anak, tetapi nyatakanlah bagaimana cara memperbaiki kesalahan tersebut. Dengan demikian orang tua tetap dalam pendirian dan teguh dalam prinsip untuk menanamkan rasa tanggung jawab kepada anaknya.
3.    Memberi anjuran atau perintah hendaknya jelas dan terperinci.
Orang tua dalam memberi perintah ataupun anjuran hendaklah diucapkan atau disampaikan dengan cukup jelas dan terperinci agar anak mengerti dalam melakukan tugas yang dibebankan kepadanya.
4.    Memberi ganjaran atas kesalahan
Orang tua hendaknya tetap memberi perhatian kepada setiap pekerjaan anak yang telah dilakukannya sesuai dengan kemampuannya. Tidak patut mencela pekerjaan anak yang tidak diselesaikannya. Kalau ternyata anak belum dapat menyelesaikan pekerjaannya saat itu, anjurkanlah untuk dapat melakukan atau melanjutkannya besok hari. Dengan memberikan suatu pujian atau penghargaan akan membuat anak tetap berkeinginan menyelesaikan pekerjaan itu. Seringkali orang tua senang menjatuhkan suatu hukuman kepada anak yang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya. Andaikan memungkinkan lebih baik memberikan ganjaran atas kesalahan dan tidak semata-mata mempermasalahkannya.
5.    Jangan terlalu banyak menuntut
Orang tua selayaknya tidak patut terlalu banyak menuntut dari anak, sehingga dengan sewenang-wenang memberi tanggung jawab yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Berikanlah tanggung jawab itu setahap demi setahap agar si anak dapat menyanggupi dan menyenangi pekerjaan itu.
Suatu kebiasaan yang keliru pada orang tua dalam hal mendidik anak adalah bahwa mereka seringkali sangat memperhatikan dan mengikuti emosinya sendiri. Tetapi sebaliknya emosi anak-anak justru kurang diperhatikan. Orang tua boleh saja marah kepada anak, akan tetapi jagalah supaya kemarahan yang dinyatakan dalam tindakan seperti omelan dan hukuman itu benar-benar tepat untuk perkembangan jiwa anak. Dengan perkataan lain, marahlah pada saat si anak memang perlu dimarahi.
Anak-anak yang sudah mampu berespon secara tepat adalah anak yang sudah mampu berfikir dalam mendahulukan kepentingan pribadi. Dan anak seperti ini sudah tinggal selangkah lagi kepada pemilikan rasa tanggung jawab.
Pada hakekatnya tanggung jawab itu tergantung kepada kemampuan, janganlah lantas kita mengatakan bahwa anak yang berusia tujuh tahun itu tidak mempunyai tanggung jawab, karena tidak menjaga adiknya secara baik, sehingga si adik terjatuh dari atas tembok. Sesungguhnya anak yang baru berusia tujuh tahun tidak akan mampu melakukan hal seperti itu. Jelaslah bahwa beban tanggung jawab yang diserahkan pada seorang anak haruslah disesuaikan dengan tingkat kematangan anak. Untuk itu dengan sendirinya orang tua merasa perlu untuk lebih jauh mengenal tentang kemampuan anaknya.
Dalam memberikan anak suatu informasi tentang hal yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan adalah sangat penting. Tanpa pengetahuan ini anak tidak bisa disalahkan bila ia tidak mau melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Namun untuk sekedar memberitahu secara lisan, seringkali tidak cukup. Orang tua juga harus bisa menjelaskan dengan contoh bagaimana caranya melakukan hal tersebut, disamping harus dijelaskan alasan-alasan mengapa hal itu harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
Biasanya kita cenderung untuk melihat rasa tanggung jawab dari segi- segi yang konkrit, seperti : apakah tingkah lakunya sopan atau tidak ; kamar anak bersih atau tidak ; apakah si anak sering terlambat datang ke sekolah atau tidak ; dan sebagainya.
Seorang anak bisa saja berlaku sopan, datang ke sekolah tepat pada waktunya, tetapi masih juga membuat keputusan-keputusan yang tidak bertanggungjawab. Contoh seperti ini seringkali kita jumpai terutama pada anak-anak yang selalu mendapatkan instruksi atau petunjuk dari orang tua mengenai apa yang mesti mereka kerjakan sehingga mereka kurang mendapat kesempatan untuk mengadakan penilaian sendiri, mengambil keputusan sendiri, serta mengembangkan norma-norma yang ada dalam dirinya.
Rasa tanggung jawab sejati haruslah bersumber pada nilai-nilai asasi kemanusiaan. Nilai-nilai tidak dapat diajarkan secara langsung. Nilai-nilai dihirup oleh anak dan menjadi bagian dari dirinya hanya melalui proses identifikasi, dengan pengertian lain, anak menyamakan dirinya dengan orang yang ia cintai dan ia hormati serta berusaha meniru mereka. Contoh hidup yang diberikan orang tua akan menciptakan suasana yang diperlukan untuk belajar bertanggung jawab. Pengalaman-pengalaman konkrit tertentu memperkokoh pelajaran itu sehingga menjadi bagian dari watak dan kepribadian anak.
Jadi,  jelaslah bahwa masalah rasa tanggung jawab pada anak, akhirnya kembali pada orangtuanya sendiri, atau dengan kata lain terpulang pada nilai-nilai dalam diri orang tua, yaitu seperti tercermin dalam mengasuh dan mendidik anak.

H.      Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri
             1.     Menyadari bahwa orang yang memegang kendali atas kehidupanmu adalah dirimu. Kamu bertanggung jawab atas kualitas kehidupanmu. Ini merupakan faktor yang membedakan mereka yang berharap akan kehidupan yang lebih baik dan mereka yang memilik kehidupan yang lebih baik.
             2.     Mencari fakta dan melihat segala sesuatu seperti apa adanya supaya kamu bisa memperbaikinya. Kemudian menciptakan visi baru dengan melihat segala sesuatu seperti yang kamu inginkan.
             3.     Jangan beralasan karena tidak ada yang ingin mendengarnya dan itu hanya akan memperlambat.
             4.     Mengakui bahwa tindakan menyalahkan berawal dari penyangkalan dan tidak menghasilkan apapun karena tak peduli seberapa besar kamu menyalahkan segala sesuatu diluar dirimu, hal itu tidak akan mengubahmu dan keadaanmu.
             5.     Menyadari bahwa kamu bisa mengubah apapun hanya dengan melakukan atau memikirkan segala sesuatu secara berbeda. Memahami bukan seberapa penting apa yang terjadi pada dirimu tetapi caramu menyikapilah yang lebih penting. Dan caramu menyikapi sesuatu adalah terserah padamu.
             6.      Mengingat bahwa hasil tidak berbohong.  Cara termudah untuk mendapati sesuatu tidak berhasil adalah dengan memperhatikan hasil yang kamu dapatkan.
             7.      Memberi perhatian pada peringatan yang kamu terima dari orang lain atau intuisimu. Sering kali ada sinyal yang bisa membantumu mencegah konsekuensi yang tidak kamu inginkan dikemudian hari.
             8.     Mengingat bahwa kamu punya segala sesuatu yang kamu perlukan untuk mendapatkan hasil yang kamu inginkan.


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan baik yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.
Tanggung jawab bersifat kodrati, yang artinya tanggung jawab itu sudah menjadi bagian kehidupan manusia bahwa setiap manusia dan yang pasti masing-masing orang akan memikul suatu tanggung jawabnya sendiri-sendiri.
Tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:
1.    Dari sisi yang berbuat
2.    Dari sisi yang kepentingan pihak lain
Macam-macam tanggung jawab :
1.    Tanggung jawab terhadap Tuhan
2.    Tanggung jawab terhadap diri sendiri
3.    Tanggung jawab terhadap keluarga
4.    Tanggung jawab terhadap masyarakat
5.    Tanggung jawab terhadap Bangsa / Negara

B.       Saran
Sikap bertanggung jawab harus diterapkan sejak dini. Tanggung jawab itu sangat penting sekali dalam kehidupan karena tanggung jawab akan mencerminkan diri kita sendiri di hadapan orang banyak. Jika kita ada niat untuk menanamkan rasa tanggung jawab dalam diri kita sendiri, pasti kita akan mendapat kepercayaan dari orang banyak dan kita juga harus bisa menjaga kepercayaan seseorang dengan rasa tanggung jawab yang tinggi.


DAFTAR PUSTAKA






Tidak ada komentar:

Posting Komentar