BAB I
PENDAHULUAN
A.
Sejarah
Fluor albus
(leukorea, keputihan) merupakan gejala keluarnya cairan dari vagina selain
darah. Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan salah satu tanda dan gejala
dari suatu penyakit organ reproduksi wanita (Ramayanti, 2004).
Fluor albus
dapat dibedakan yang fisiologik dan patologik. Lebih dari sepertiga pasien yang
berobat mengeluh adanya fluor albus dan lebih dari 80% diantaranya adalah yang
patologis (Aulia, 2001). Fluor albus yang patologis diakibatkan oleh infeksi alat
reproduksi bagian bawah atau pada daerah yang lebih proksimal, yang bisa
disebabkan oleh infeksi Gonokokus, Trikomonas, Klamidia, Treponema, Candida,
Human Papiloma Virus, dan Herpes Genitalis (Koneman, 1992). Penularannya dapat
terjadi melalui hubungan seksual (Hutabarat, 1999). Fluor albus juga dapat
disebabkan oleh iritasi, neoplasma/keganasan, benda asing, radiasi, dan fisura.
Fluor albus
fisiologis dapat terjadi pada bayi baru lahir, saat menarch, saat ovulasi,
karena rangsang seksual, kehamilan, mood/stress,
penggunaan kontrasepsi hormonal, dan pembilasan vagina yang rutin (Aulia,
2001).
Fluor albus
juga sering merupakan komplikasi yang dikeluhkan oleh penderita Diabetes
Melitus dan pemakai kortikosteroid atau antibiotik dalam waktu lama. Masalah fluor
albus ini bagi wanita terasa sangat mengganggu baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun hubungan dengan para suami. Rasa tidak nyaman, ketidaktentraman bekerja,
rasa rendah diri, cemas akan kemungkinan kanker, publikasi atau cerita tetangga
atau teman dari kantor tentang akibat adanya fluor albus ini menyebabkan
sebagian kecil wanita meminta pertolongan pada seorang dokter tetapi sebagian
lagi berusaha mencari kesembuhan dengan pengobatan tradisional seperti dibasuh
dengan air sirih dan minum ramuan jamu.
Etiologi
fluor albus sampai sekarang masih sangat bervariasi sehingga disebut
multifaktorial. Faktor-faktor tersebut mengharuskan seorang dokter meningkatkan
ketajaman dalam pemeriksaan pasien, analisis penyebab, serta memberikan terapi
atau tindakan yang sesuai. Fluor albus dapat dijumpai pada wanita dengan
diagnosa vulvitis, vagitis, servisitis, endometritis, dan adneksitis.
Mikroorganisme patologis dapat memasuki traktus genitalia wanita dengan
berbagai cara, misalnya seperti senggama, trauma atau perlukaan pada vagina dan
serviks, benda asing, alat-alat pemeriksaan yang tidak steril pada saat
persalinan dan abortus (Candran, 2002).
Istilah
keputihan acap kali digunakan sebagai referensi umum untuk sekresi vaginal,
baik yang normal maupun abnormal. Karena tidak ada istilah lain dalam bahasa
Indonesia yang umum dipakai untuk sekresi vaginal. Hal ini menimbulkan
kerancuan di masyarakat.
Permasalah
keputihan merupakan permasalahan klasik pada kebanyakan kaum wanita. Ironisnya
kebanyakan wanita tidak mengetahui tentang keputihan dan penyebab keputihan
pada wanita itu sendiri dan malah yang menjadikan keputihan sebagai hal yang
enteng.
Justru
jika tidak ditangani dengan baik, keputihan bisa berakibat fatal. Kemandulan
dan kehamilan ektopik (hamil di luar kandungan) bisa menjadi salah satu akibat
dari adanya keputihan, selain itu gejala awal kanker rahim biasanya dimulai
dengan adanya keputihan. Dan tentunya kanker leher rahim merupakan jenis
penyakit yang berbahaya yang jika tidak ditangani dengan baik akan berujung
pada kematian. Jadi jangan anggap enteng keputihan.
Keputihan
akan sering teralami saat wanita sedang hamil, hal ini akibat adanya perubahan
hormonal yang terjadi dan salah satu efek dari peningkatan hormonal tersebut
adalah adanya produksi cairan yang meningkat serta diakibatkan juga oleh vagina
wanita hamil yang mengalami penurunan keasamannya, juga akibat kondisi
pencernaan mengalami perubahan. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya
resiko sering terjadinya keputihan pada wanita hamil, terutama keputihan
yang diakibatkan adanya infeksi jamur.
Selain itu, pilihlah produk
pembersih kewanitaan yang bebas dari bahan pewangi dan zat-zat kimia lainnya,
agar tidak memperparah keputihan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Fluor Albus
Keputihan atau Fluor Albus merupakan sekresi vaginal
pada wanita. Keputihan pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua golongan
yaitu keputihan normal (fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis).
keputihan fisiologis adalah keputihan yang biasanya terjadi setiap bulannya,
biasanya muncul menjelang menstruasi atau sesudah menstruasi ataupun masa
subur. Keputihan patologis dapat disebabkan oleh infeksi biasanya
disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar. Yang sering
menimbulkan keputihan ini antara lain bakteri, virus, jamur atau juga parasit. Infeksi
ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan ke saluran kencing, sehingga
menimbulkan rasa pedih saat si penderita buang air kecil.
Keputihan adalah semacam silim yang
keluar terlalu banyak, warnanya putih seperti sagu kental dan agak
kekuning-kuningan. Jika silim atau lendir ini tidak terlalu banyak, tidak
menjadi persoalan (Handayani, 2008).
Keputihan adalah gejala penyakit yang
ditandai oleh keluarnya cairan dari organ reproduksi dan bukan berupa darah.
Keputihan yang berbahaya adalah keputihan yang tidak normal (Blankast, 2008).
Fluor albus (white discharge, leukorea, keputihan)
adalah bukanlah suatu penyakit melainkan gejala berupa cairan yang dikeluarkan
dari alat-alat genital yang berlebihan dan bukan merupakan darah. Dalam kondisi
normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar,
bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari
kelenjar Bartolin. Selain itu sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas
bakteri yang hidup pada vagina yang normal. Vagina merupakan organ berbentuk
yang panjangnya berkisar 8-10 cm, berdinding tipis dan elastis yang ditutupi
epitel gepeng berlapis pada permukaan dalamnya. Lapisan epitel vagina tidak
mempunyai kelenjar dan folikel rambut, dinding depan dan dinding belakang
saling bersentuhan.
Pada wanita, sekret vagina ini merupakan suatu hal
yang alami dari tubuh sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi.
Dalam kondisi normal, sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau
berwarna kekuningan ketika mengering pada pakaian. Sekret ini non-irritan,
tidak mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH 3,5-4,5. Flora normal
vagina meliputi Corinebacterium, Bacteroides, Peptostreptococcus,
Gardnerella, Mobiluncuc, Mycoplasma, dan Candida spp. Lingkungan
dengan pH asam memberikan fungsi perlindungan yang dihasilkan oleh Lactobacillus
Doderlin.
Dapat dibedakan antara fluor albus yang fisiologik dan
yang patologik. Fluor albus fisiologik diproduksi oleh kelenjar pada leher
rahim (serviks), dinding vagina dan kelenjar bartholin dibibir kemaluan,
menyatu dengan sel-sel dinding vagina yang lepas serta bakteri normal didalam
vagina, bersifat asam, dan berperan penting dalam menjamin fungsi yang optimal.
Penyebab paling penting dari fluor albus patologik
ialah infeksi. Disini cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya agak
kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau. Radang
vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat menyebabkan fluor albus patologik,
begitu pula pada adneksitis. Fluor albus juga ditemukan pada neoplasma jinak
atau ganas, apabila tumor tersebut sebagian atau seluruhnya memasuki lumen
saluran alat-alat genital.
B.
Penyebab
Terjadinya Fluor Albus
Penyebab keputihan secara umum adalah :
1.
Ketidakseimbangan hormon
2.
Gejala suatu penyakit tertentu
3.
Rusaknya keseimbangan biologis dan keasaman (ph)
lingkungan vagina.
4.
Sering memakai tissue saat membasuh bagian kewanitaan,
sehabis buang air kecil maupun buang air besar
5.
Memakai pakaian dalam yang ketat dari bahan sintetis
6.
Sering menggunakan WC Umum yg kotor
7.
Tidak mengganti panty liner
8.
Membilas vagina dari arah yang salah. Yaitu dari ke
arah anus ke arah depan vagina
9.
Sering bertukar celana dalam/handuk dengan orang lain
10.
Kurang menjaga kebersihan vagina
11.
Kelelahan yang amat sangat
12.
Stress
13.
Tidak segera mengganti pembalut saat menstruasi
14.
Memakai sembarang sabun untuk membasuh vagina
15.
Tidak mejalani pola hidup sehat (makan tidak teratur,
tidak pernah olah raga, tidur kurang)
16.
Tinggal di daerah tropis yang lembap
17.
Lingkungan sanitasi yang kotor
18.
Sering mandi berendam dengan air hangat dan panas.
Jamur yang menyebabkan keputihan lebih mungkin tumbuh di kondisi hangat
19.
Sering berganti pasangan dalam berhubungan sex
20.
Kadar gula darah tinggi
21.
Sering menggaruk vagina
22.
Pemakaian obat-obatan (Antibiotik,
Kortikosteroid, dan Pil KB) dalam waktu lama.
Sedangkan
dengan memperhatikan cairan yang keluar, kadang-kadang dapat diketahui penyebab
keputihan :
- Infeksi Kencing Nanah, misalnya, menghasilkan cairan kental, bernanah, dan berwarna kuning kehijauan.
- Keputihan yang disertai bau busuk dapat disebabkan oleh Kanker.
- Keputihan akibat jamur Candida Albicans. Keputihan jenis ini memiliki ciri-ciri warna putih seperti susu, cairan kental, bau tak sedap dan sangat gatal, terkadang dapat menimbulkan radang pada vagina sehingga kelihatan kemerahan.
- Keputihan akibat bakteri Vaginosis atau Gardnerella. Keputihan jenis ini memiliki ciri-ciri warna abu-abu, tidak terlalu kental, cairan berbuih, mengeluarkan bau yang amis, dan gatal yang mengganggu.
- Keputihan akibat parasit Trichomonas vaginalis. Keputihan jenis ini memiliki ciri-ciri warna kehijauan atau kuning, cairan berbuih dan bau amis, tidak menimbulkan gatal, tetapi saat ditekan, vagina akan terasa sakit. Keputihan ini dapat ditularkan melalui hubungan seks yang tidak sehat, perlengkapan kamar mandi atau kloset.
- Keputihan akibat Virus. Keputihan jenis ini dapat diakibatkan oleh virus, HIV, Herpes, atau Candyloma. Keputihan yang diakibatkan oleh jenis ini dapat memicu kanker rahim. Pada keputihan Herpes biasanya disertai tanda-tanda herpes seperti luka yang melepuh, sedangkan pada keputihan Candyloma disertai tanda-tanda Candyloma berupa kutil-kutil yang tumbuh di vagina atau rahim. Penyakit Herpes atau Candyloma terkadang tidak terdeteksi secara dini, karena umumnya tanda-tanda tidak kelihatan karna muncul didalam vagina.
C.
Tanda
dan Gejala
Keputihan normal (fisiologis)
1.
Cairan sekresi berwarna bening, tidak lengket, dan
encer.
2.
Tidak mengeluarkan bau yang menyengat.
3.
Gejala ini merupakan proses normal sebelum atau
sesudah haid dan tanda
masa subur pada wanita tertentu.
4.
Pada bayi perempuan yang baru lahir, dalam waktu satu
hingga sepuluh hari, dari vaginanya dapat keluar cairan akibat pengaruh hormon yang dihasilkan oleh plasenta atau uri.
5.
Gadis muda kadang-kadang juga mengalami keputihan
sesaat sebelum masa pubertas, biasanya
gejala ini akan hilang dengan sendirinya.
6.
Biasanya keputihan yang normal tidak disertai dengan rasa gatal.
Keputihan juga dapat dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau yang daya
tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut berasal dari leher rahim, walaupun ada yang berasal dari
vagina yang terinfeksi, atau alat kelamin luar.
Keputihan abnormal (patologis)
1.
Keluarnya cairan berwarna putih pekat, putih
kekuningan, putih kehijauan atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat encer atau
kental, lengket, dan kadang-kadang berbusa.
2.
Cairan ini mengeluarkan bau yang menyengat.
3.
Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang
menyertainya serta dapat mengakibatkan iritasi pada vagina.
4.
Merupakan salah satu ciri-ciri penyakit infeksi vagina
yang berbahaya seperti HIV, Herpes, Candyloma.
D.
Pencegahan
1.
Jaga area genital tetap bersih dan kering.
2.
Hindari mandi dengan berendam.
3.
Menghindari beraktivitas yang terlalu
lelah, panas, dan keringat yang berlebih.
4.
Liburan untuk mengurangi stress karena
stress merupakan suatu faktor timbulnya keputihan.
5.
Jangan mencuci dengan douching. Kebanyakan wanita
merasa lebih bersih bila mencuci dengan douche setelah menstruasi atau
berhubungan badan, tindakan ini malah bisa memperparah keputihan karena dapat
membunuh bakteri sehat yang menjaga vagina dari infeksi. Ini dapat
mengakibatkan terjadinya infeksi di rahim dan saluran indung telur.
6.
Jangan menggunakan semprotan yang berbau wangi atau
bedak di daerah genitalia.
7.
Jangan memakai celana yang terlalu ketat.
8.
Pakai pakaian dalam dari katun. Hindari pakaian dalam
dari sutra atau nylon karena material ini tidak menyerap dan menghambat
pertukaran udara.
9.
Pakai pembalut biasa jangan tampon.
10. Kontrol
kadar gula darah apabila ada penyakit diabetes.
11. Jika
keputihan diakibatkan oleh penyakit menular seksual, maka pasangan harus diobati
walaupun tidak ada gejala. Apabila pasangan tidak diobati dapat mengakibatkan
terjadinya infeksi ulangan dan bisa mengakibatkan penyakit radang panggul atau
ketidaksuburan.
E.
Pengobatan
1. Konsultasi
dengan dokter karena dokter akan memberikan obat-obatan sesuai dengan jenis
keputihan yang di alami.
2. Keputihan
sangat tidak mengenakan, terlebih bagi wanita hamil. Untuk keputihan normal
tidak perlu dilakukan terapi khusus. Yang penting, bagaimana membersihkan organ
intim secara benar dan teratur. Umumnya, cukup dengan sabun khusus vagina dan
air bersih serta menjaga agar pakaian dalam tetap kering dan bersih. Sedangkan
keputihan yang tidak normal harus segera mendapatkan pengobatan media.
Keputihan yang terjadi selama kehamilan, misalnya disebabkan oleh infeksi jamur
Candida sp, pengobatan yang paling aman adalah dengan menggunakan obat lokal
berbahan krim atau sejenis kapsul yang dimasukkan ke dalam vagina. Sementara
keputihan yang dialami wanita hamil akibat infeksi bakteri diberikan obat dalam
bentuk kapsul atau tablet yang aman dikonsumsi. Pada infeksi Niceria Gonorrhoeae,
ada obat dalam bentuk kapsul yang dapat diminum. Sebaiknya, segera periksakan
kandungan jika terjadi keputihan. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan alat
khusus untuk mendapatkan gambaran alat kelamin secara lebih baik, seperti
melakukan kolpokopi yang berupa optik untuk memperbesar gambaran leher rahim,
liang senggama, dan bibir kemaluan. Selain pengobatan medis, biasanya orang
akan menggunakan daun sirih untuk mengurangi keputihan. Caranya, dengan meminum
air daun sirih yang telah direbus terlebih dahulu. Cara ini cukup aman bagi ibu
hamil dan bayinya. (Suryana, 2009).
3. Dan
yang terpenting bila suatu keputihan yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa
(antibiotika dan anti jamur) harus dipikirkan keputihan tersebut disebabkan
oleh suatu penyakit keganasan seperti kanker leher rahim. Ini biasanya ditandai
dengan cairan banyak, bau busuk, sering disertai darah tak segar (Blankast,
2008).
Pengobatan Fluor
Albus yang disebabkan oleh Bakteri, Jamur, Parasit, dan Virus.
1. Bakteri
a. Gonorhoea
1)
Tiamfenikol 3,5 gram oral
2)
Ofloksasin 400 mg/oral
3)
Kanamisin 2 gram IM
4)
Penicillin prokain 4,8 juta unit IM atau Amoksisiklin
3 gram IM
5)
Ampisiillin 3,5 gram IM atau Ditambah : Doksisiklin 2
x 100 mg oral selama 7 hari atau Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
6)
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
b. Klamidia Trakomatis
1)
Ceftriakson 125 mg SD IM
2)
Tetrasiklin 4 x 500 mg selama 10-14 hari oral
3)
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari
4)
Minosiklin dosis 1200 mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari
selama 14 hari
5)
Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
6)
Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2
tablet/hari selama 10 hari
c. Gardnerella Vaginalis
1)
Metronidazol 500 mg SD selama 7 hari
2)
Klindamisin cream 2% intra vaginal 5 gram selama 7 hari
3)
Metronidazol gel 0,75 % intra vaginal 2 x sehari
selama 5 hari
Alternatif
lain:
1)
Metronidazol 2 gram oral SD atau
2)
Klindamisin 300 mg oral 2 x sehari selama 7 hari
Pasangan
seksual diikutkan dalam pengobatan
d. Treponema Pallidum
Diberikan
Benzatin Penisillin G 2.4 juta Unit IM dosis tunggal atau doksisiklin 2 x 200 mg
peroral selama 2 minggu.
2. Jamur
Pada infeksi
Candida Albicans dapat
diberikan :
a.
Sistemik :
1)
Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
2)
Itrakonazole 2 x 200 mg peroral dosis sehari
3)
Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
4)
Nimorazol 2 gram dosis tunggal
5)
Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan
b.
Topikal :
1)
Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
2)
Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
3)
Mikonazol nitrat 2% 1 x sehari selama 7–14 hari
4)
Mikostatin 10.000 unit intravaginal selama 14 hari
Untuk
mencegah timbulnya residif tablet vaginal mikostatin ini diberikan seminggu
sebelum haid selama beberapa bulan.
3. Parasit
Pada infeksi
Trikomonas Vaginalis diberikan
:
a.
Harus diberikan pd yang bergejala maupun tidak
1)
Metronidazol 2 gram dosis tunggal atau
2)
Metronidazol 2 x 500 mg selama7 hari
Mitra
seksual harus diobati : dosis multipel 7 hari
*Kehamilan :
Klotrimazole intravaginal dosis tunggal atau dosis terbagi.
4. Virus
a. Virus Herpes simpleks tipe 2
1) Lesi Primer
Simptomatis
: analgesik, kompres NaCl 0.9%
Anti virus
a)
Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 7-10 hari
b)
Valasiklovir 2 x 500 mg/hari selama 7-10 hari
c)
Famciclovir 3 x 500 mg/hari selama 7-10 hari
2) Lesi rekuren
Simptomatis
: analgesik
Anti virus
a)
Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
b)
Asiklovir 3 x 400 mg oral selama 5 hari
c)
Asiklovir 2 x 800 mg oral selama 5 hari
d)
Valasiklovir 2 x 500 mg/hari selama 5 hari
e)
Famciclovir 2 x 125 mg/hari selama 5 hari
f)
Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
Povidone
iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder
b. Human Papiloma Virus
Pemberian vaksinasi mungkin cara pengobatan yang
rasional untuk infeksi virus ini, tetapi vaksin ini masih dalam penelitian.
1) Kondiloma Akuminata
Dapat diobati dengan menggunakan suntikan interferon
suatu pengatur kekebalan. Dapat diberikan obat topical podofilin 25% atau
podofilotoksin 0.5% ditempat dimana kutil berada. Bila kondiloma berukuran
besar dilakukan kauterisasi.
Penyebab lain : Vulvovaginitis Psikosomatik dengan
pendekatan psikologi. Desquamative Inflammatory
vaginitis diberikan antibiotik, kortikosteroid, dan estrogen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar