Jumat, 27 September 2013

SAP pendidikan seks pranikah


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Hari/Tgl                       : Jum’at, 20 September 2013
Waktu                         : 40 menit
Pokok Bahasan           : Pendidikan Seks Pranikah
Sub Pokok Bahasan    : Menjelaskan mengenai Pendidikan Seks Pranikah
Sasaran                        : Siswa-Siswi SMK Kesehatan Banten – Tangerang
Penyuluh                     : Sari Nur Indah
Tempat                        : Ruang Aula SMK Kesehatan Banten – Tangerang
I.     Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti penyuluhan tentang Pendidikan Seks Pranikah, diharapkan siswa-siswi SMK Kesehatan Banten dapat mengerti dan menjelaskan tentang dampak dan kerugian seks pranikah.
II.    Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan tentang Pendidikan Seks Pranikah, diharapkan siswa dapat :
1.      Menjelaskan pengertian perilaku seksual dan seks pranikah
2.      Menjelaskan aspek-aspek perilaku seksual pranikah
3.      Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah
4.      Menjelaskan dampak dari perilaku seksual pranikah
5.      Menjelaskan upaya menanggulangi seks bebas di kalangan remaja
III.   Garis-garis Besar Materi        
1.      Pengertian perilaku seksual dan seks pranikah
2.      Aspek-aspek perilaku seksual pranikah
3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah
4.      Dampak dari perilaku seksual pranikah
5.      Upaya menanggulangi seks bebas di kalangan remaja
IV. Metode
1.      Ceramah
2.      Tanya Jawab
V.   Media dan Alat Peraga
1.      Leaflet
2.      LCD

VI. Proses Kegiatan Penyuluhan
No.
Proses
Kegiatan Penyuluh
Kegiatan Peserta
Waktu
1.
Pembukaan
·         Memberikan leaflet
·         Memberi salam pembuka dan perkenalan diri
·         Menjelaskan tujuan
·         Kontrak waktu
·         Menerima dan membaca leaflet
·         Menjawab salam
·         Mendengarkan
·         Memberi respon
5 menit
2.
Penjelasan
·         Perilaku seksual dan seks pranikah
·         Aspek-aspek perilaku seksual pranikah
·         Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah
·         Dampak dari perilaku seksual pranikah
·         Upaya menanggulangi seks bebas di kalangan remaja
Mendengarkan dengan penuh perhatian
20 menit
4.
Penutup
·         Tanya jawab
·         Menyimpulkan hasil penyuluhan
·         Memberikan salam penutup
·         Menanyakan hal yang belum jelas
·         Aktif bersama menyimpulkan
·         Membalas salam
15 menit

VII.    Evaluasi
1.      Mengajukan pertanyaan lisan.
·         Tes awal.
·         Apakah siswa mengetahui apa yang dimaksud dengan perilaku seksual pranikah?
·         Apa saja aspek-aspek perilaku seksual pranikah?
·         Apa saja faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah?
·         Apa dampak yang ditimbulkan dari perilaku seksual pranikah?
·         Bagaimana upaya untuk menanggulangi seks bebas dikalangan remaja?
Tes akhir
·         Apa yang maksud dengan perilaku seksual pranikah?
·         Apa saja aspek-aspek perilaku seksual pranikah?
·         Sebutkan apa saja faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah?
·         apa saja dampak yang ditimbulkan dari perilaaku seksual pranikah?
·         Sebutkan upaya untuk menanggulangi seks bebas dikalangan remaja?
2.    Observasi
·         Respon/tingkah laku siswa saat diberi pertanyaan : apakah diam atau menjawab (benar atau kurang tepat).
·         Siswa antusias atau tidak.
·         Siswa mengajukan pertanyaan atau tidak.

MATERI
PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH
1. Definisi
Menurut PKBI (1981) pengertian perilaku seksual adalah segala bentuk kegiatan yang dapat memberikan penyaluran pada dorongan seksual yang dilakukan oleh dua orang yang berjenis kelamin berbeda mulai dari bermesraan, bercumbu, sampai dengan berhubungan kelamin.
Sarwono (2000) mengatakan bahwa perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenis mulai dari perasaan tertarik sampai dengan tingkah laku berkencan, bercumbu sampai bersenggama. Lebih lanjut, perilaku seksual merupakan perilaku yang bersifat alami atau manusiawi karena setiap manusia memiliki dorongan seksual dan hal tersebut normal jika dilakukan sesuai dengan norma yang berlaku.
Ditambahkan oleh Knox (dalam Aryani, 2005) bahwa perilaku seksual tidak hanya sebagai peristiwa menyatunya alat kelamin laki-laki dengan alat kelamin perempuan saja tetapi juga diartikan sebagai komunikasi yang terjadi untuk berbagai macam alasan dan dalam konteks yang berbeda, sebelum menikah, selama menikah, di luar menikah, dan setelah menikah, tergantung pada kualitas pernikahan. Lebih lanjut, perilaku seksual merupakan salah satu media berkomunikasi yang terjadi antara laki-laki dan perempuan sebagai manifestasi dari dorongan seksual. Perilaku seksual dimulai dari perasaan tertarik sampai pada akhirnya keduanya terlibat dalam hubungan seksual .
Sementara itu, dalam website e-psikologi (2007) dikatakan bahwa perilaku seksual merupakan perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri, sedangkan perilaku seks pranikah merupakan perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu.
Menurut Kartono (1992) perilaku seksual pranikah adalah perilaku seksual yang dilakukan sebelum adanya ikatan perkawinan yang sah. Perilaku ini dapat dikategorikan sebagai perilaku yang menyimpang, sebab perilaku seksual yang dilakukan di luar perkawinan tersebut merupakan perbuatan berzina. Norma-norma yang berlaku hanya membenarkan perilaku seksual jika sudah ada ikatan perkawinan yang sah antara dua orang yang berlawanan jenis kelamin.
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan perilaku seksual pranikah adalah suatu perbuatan yang dapat diobservasi baik secara lansung maupun tidak langsung, yang dilakukan oleh dua individu berjenis kelamin berbeda, mulai dari berkencan, bercumbu sampai bersenggama, tetapi belum ada ikatan yang sah menurut norma, hukum, ataupun agama.
2. Aspek-aspek Perilaku Seksual Pranikah
Menurut PKBI (1998) aspek-aspek perilaku seksual pranikah adalah :
a. Bermesraan
Aspek ini mengungkap aktivitas psikologis dua individu yang berlainan jenis dalam kesamaan tujuan untuk saling berbagi rasa yang diungkap dalam kata-kata manis, pandangan mata yang mesra, namun belum sampai pada aktivitas bercumbu. Bermesraan di sini dilakukan oleh dua orang, yaitu pemuda dan pemudi yang ditandai dengan adanya ketertarikan afeksional (saling mencintai) yang telah dinyatakan di antara keduanya, tetapi belum sampai pada tingkat pertunangan.
b. Bercumbu
Aspek ini mengungkap pendekatan-pendekatan jasmaniah yang dilakukan, seperti saling memegang, berciuman, berpelukan atau berangkulan, saling tempel alat kelamin, yang dapat membangkitkan gairah seksual, tetapi belum sampai pada hubungan kelamim.
c. Hubungan kelamin
Hubungan kelamin berarti melakukan kegiatan senggama. Hubungan kelamin adalah hubungan yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda jenis kelamin, dengan kegiatan memasukkan penis ke dalam vagina dan masing-masing orang akan memperoleh kepuasan.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah
Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perilaku reproduksi remaja diantaranya adalah faktor keluarga. Remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah banyak diantara berasal dari keluarga yang bercerai atau pernah cerai, keluarga dengan banyak konflik dan perpecahan (Kinnaird, 2003). Hubungan orang tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian anak sebaliknya. Orang tua yang sering bertengkar akan menghambat komunikasi dalam keluarga, dan anak akan melarikan diri dari keluarga. Keluarga yang tidak lengkap misalnya karena perceraian, kematian, dan keluarga dengan keadaan ekonomi yang kurang dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak (Rohmahwati, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja paling tinggi hubungan antara orang tua dengan remaja, diikuti karena tekanan teman sebaya, religiusitas, dan eksposur media pornografi (Soetjiningsih, 2006).
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah perubahan hormonal, penundaan usia perkawinan, penyebaran informasi melalui media massa, tabu larangan, norma-norma di masyarakat, serta pergaulan yang makin bebas antara laki-laki dan perempuan (Sarwono, 2003)
Menurut para ahli, faktor-faktor yang mempengaruhi remaja untuk berperilaku seksual pranikah yaitu:
a. Faktor fisik
Sarwono (2000) menyatakan bahwa mulai berfungsinya hormon perilaku seksual semakin kuat.
b. Pengaruh orang tua
PKBI (2000) mengemukakan bahwa kurangnya komunikasi secara terbuka antara orangtua dengan remaja dalam masalah seputar seksual dapat mengakibatkan munculnya perilaku seksual menyimpang. Markum (1997) menambahkan bahwa pendidikan seks pasif (tanpa komunikasi dua arah) bisa mempengaruhi sikap serta perilaku seseorang karena dalam pendidikan seks anak tidak cukup hanya melihat dan mendengar sekali atau dua kali, tapi harus dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Orang tua wajib meluruskan informasi yang tidak benar disertai penjelasan risiko perilaku seks yang salah.
c. Pengaruh alat kontrasepsi
Menurut Sarwono (1981) dengan banyak beredarnya alat kontrasepsi secara bebas di pasaran serta mudah diperoleh oleh siapa saja tanpa adanya batasan yang tegas, seringkali disalahgunakan oleh para remaja terutama untuk melakukan hubungan seksual dengan pasangannya.
d. Pergaulan bebas
Sarwono (2000) mengatakan bahwa para remaja mempunyai banyak kebebasan dalam bergaul dengan teman sebaya terutama pergaulan dengan lawan jenis. Pergaulan yang semakin bebas tanpa adanya suatu pengendalian pada diri remaja dapat menimbulkan perilaku seksual pranikah.
e. Pengaruh media
Penyebaran informasi tentang masalah seksual melalui media cetak atau elektronik yang menyuguhkan gambar porno, film porno, dan semua hal yang berbau pornografi, dapat menyebabkan perilaku seksual pranikah pada remaja semakin meningkat (Sarwono, 2000).
4. Dampak dari Perilaku Seks Pranikah
Perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja, diantaranya sebagai berikut :
a. Dampak psikologis
Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah, dan berdosa.
b. Dampak Fisiologis
Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut diantaranya dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi. Kehamilan pada remaja sering disebabkan ketidaktahuan dan tidak sadarnya remaja terhadap proses kehamilan. Bahaya kehamilan pada remaja:
- Hancurnya masa depan remaja tersebut.
- Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan karena jiwa dan fisiknya belum siap.
- Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya karena terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta).
- Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan sekitarnya.
- Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis (dukun, tenaga tradisional) sering mengalami kematian strategis.
- Pengguguran kandungan oleh tenaga medis dilarang oleh undang-undang, kecuali indikasi medis (misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia meneruskan kehamilan dapat timbul kematian). Baik yang meminta, pelakunya, maupun yang mengantar dapat dihukum.
- Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami gangguan kejiwaan saat ia dewasa.
c. Dampak sosial
Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut (Sarwono, 2003).
d. Dampak fisik
Dampak fisik lainnya sendiri menurut Sarwono (2003) adalah berkembangnya penyakit menular seksual di kalangan remaja, dengan frekuensi penderita penyakit menular seksual (PMS) yang tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan risiko terkena PMS dan HIV/AIDS.
5. Upaya untuk Menanggulangi Seks Bebas di Kalangan Remaja
Orang tua sebagai penanggung jawab utama terhadap perilaku anak harus menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dalam keluarganya. Orang tua sejak usia dini harus menanamkan dasar yang kuat pada diri anak bahwa Tuhan menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya. Jika konsep hidup yang benar telah tertanam maka remaja akan memahami jati dirinya, menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya, mengerti hubungan dirinya dengan lingkungannya. Kualitas akhlak akan terus terpupuk dengan memahami batas-batas nilai, komitmen dengan tanggung jawab bersama dalam masyarakat. Remaja akan merasa damai di rumah yang terbangun dari keterbukaan, cinta kasih, saling memahami di antara sesama keluarga. Pengawasan dan bimbingan dari orang tua dan pendidik akan menghindarkan dari pergaulan bebas. Orang tua harus terus mengawasi dan mengontrol perkembangan perilaku remaja.
Serta pendidikan seks harus diberikan sejak dini agar mereka sadar bagaimana menjaga supaya organ-organ reproduksinya tetap sehat. Sebenarnya dalam masalah reproduksi ini, peran orang tua dan guru diharapkan lebih menonjol karena bagaimanapun juga mereka juga berperan sebagai filter atau penyaring bagi informasi yang akan diberikan kepada remaja, berbeda bila informasi diperoleh dari media masa yang sering kali tanpa penyaringan terlebih dahulu. Dalam upaya pemberian informasi mengenai masalah reproduksi bagi remaja, khususnya di sekolah, perlu peran guru ditingkatkan. Untuk itu ingin diketahui seberapa jauh pengetahuan guru, khususnya guru bimbingan dan konseling. Diharapkan guru Bimbingan dan Konseling nantinya dapat berperan sebagai narasumber di sekolah (tempat kerja) dan memberikan informasi yang benar mengenai hal-hal tersebut. Serta diadakan konseling seksualitas remaja.
Ada beberapa solusi, di antaranya, pertama, membuat regulasi yang dapat melindungi anak-anak dari tontonan yang tidak mendidik. Perlu dibuat aturan perfilman yang memihak kepada pembinaan moral bangsa. Oleh karena itu, Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) harus segera disahkan.
Kedua, orang tua sebagai penanggung jawab utama terhadap kemuliaan perilaku anak, harus menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dalam keluarganya. Kondisi rumah tangga harus dibenahi sedemikian rupa supaya anak betah dan kerasan di rumah.
Berikut petunjuk-petunjuk praktis yang diberikan Stanley Coopersmith (peneliti pendidikan anak), kepada orang tua dalam mendidik dan membina anak. Pertama, kembangkan komunikasi dengan anak yang bersifat suportif. Komunikasi ini ditandai lima kualitas : openness, empathy, supportiveness, positivenes, dan equality. Kedua, tunjukkanlah penghargaan secara terbuka. Hindari kritik. Jika terpaksa, kritik itu harus disampaikan tanpa mempermalukan anak dan harus ditunjang dengan argumentasi yang masuk akal.
Ketiga, latihlah anak-anak untuk mengekspresikan dirinya. Orang tua harus membiasakan diri bernegosiasi dengan anak-anaknya tentang ekspektasi perilaku dari kedua belah pihak. Keempat, ketahuilah bahwa walaupun saran-saran di sini berkenaan dengan pengembangan harga diri, semuanya mempunyai kaitan erat dengan pengembangan intelektual. Proses belajar biasa efektif dalam lingkungan yang mengembangkan harga diri. Intinya, hanya apabila harga diri anak-anak dihargai, potensi intelektual dan kemandirian mereka dapat dikembangkan.
Selain petunjuk yang diberikan Stanley di atas, keteladanan orangtua juga merupakan faktor penting dalam menyelamatkan moral anak. Orang tua yang gagal memberikan teladan yang baik kepada anaknya, umumnya akan menjumpai anaknya dalam kemerosotan moral dalam berperilaku.


1 komentar:

  1. If you're trying to burn fat then you have to jump on this brand new custom keto diet.

    To produce this service, certified nutritionists, fitness couches, and cooks have joined together to produce keto meal plans that are productive, convenient, money-efficient, and delightful.

    Since their first launch in January 2019, 1000's of people have already transformed their figure and health with the benefits a professional keto diet can offer.

    Speaking of benefits: clicking this link, you'll discover 8 scientifically-certified ones offered by the keto diet.

    BalasHapus