MAKALAH PSIKOLOGI
BELAJAR BERTANGGUNG JAWAB
TAHUN
AKADEMIK 2014/2015
Dosen :
Dwi Novita Indikasari, M.Psi
Disusun Oleh :
Sari Nur Indah
Tingkat :
1 B / Semester I
Program Studi :
D3 Keperawatan
KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN BANTEN
JURUSAN D3
KEPERAWATAN
TANGERANG
JL. Dr. Sitanala – Tangerang Telp. 021 5522250, 021
55733740 Fax. 021 552250
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia, tumbuhan, dan hewan adalah makhluk di muka bumi ini yang diciptakan Maha Pencipta untuk melakukan tugasnya dan mengabdi kepadanya. Kenapa demikian? Jelas
tujuan kita hidup di dunia adalah mencari
pahala sebanyak-banyaknya untuk menempatkan diri kelak disurga.
Bagaimana caranya? Yaitu dengan bertanggung jawab di dunia maupun di akhirat. Bertanggung jawab kepada dunia bisa meliputi kita bertanggung jawab diri sendiri, bertanggung jawab kepada orang lain, dan orangtua kita.
Bagaimana caranya? Yaitu dengan bertanggung jawab di dunia maupun di akhirat. Bertanggung jawab kepada dunia bisa meliputi kita bertanggung jawab diri sendiri, bertanggung jawab kepada orang lain, dan orangtua kita.
Pengertian tanggung jawab dalam
Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan
dimana wajib menanggung segala sesuatu, sehingga berkewajiban menanggung,
memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan
menanggung akibatnya.
Adapun tanggung jawab secara
definisi merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan baik yang
di sengaja maupun yang tidak di
sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajiban.
Tanggung jawab kepada diri sendiri itu adalah tanggung jawab
yang ditunjukkan untuk dirinya sendiri, khususnya yaitu tanggung kepada
cita-cita kita dimasa depan. Tanpa adanya tanggung jawab pasti cita-cita itu
akan sulit untuk dicapai. Selain kepada cita-cita, kita juga harus bisa mengatur diri kita sendiri agar sesuai dengan cita-cita yang
kita inginkan. Tanggung jawab itu sangat penting sekali dalam kehidupan karena
tanggung jawab akan mencerminkan diri kita sendiri di hadapan orang banyak.
Memang cukup sulit untuk bisa memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi. Itu semua dapat timbul tergantung pada diri kita
masing-masing. Jika kita ada niat untuk menanamkan rasa tanggung jawab dalam
diri kita sendiri,
pasti kita akan mendapat kepercayaan
dari orang banyak dan kita juga harus bisa menjaga kepercayaan seseorang dengan
rasa tanggung jawab yang tinggi.
Tanggung jawab kepada orang lain dan lingkungan (sosial) di mana kita hidup. Kita ketahui bersama bahwa manusia adalah mahluk yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya untuk pengembangan dirinya. Dengan kata lain, kita mempunyai kewajiban-kewajiban moral terhadap lingkungan sosialnya. Kita sadar bahwa kalau kita tidak melaksanakan tanggung jawab terhadap orang lain, tidak pantas bagi kita menuntut orang lain untuk bertanggung jawab pada kita. Kalau kita tidak berlaku adil pada orang lain, jangan harap orang lain akan berbuat adil pada kita.
Tanggung jawab kepada orang lain dan lingkungan (sosial) di mana kita hidup. Kita ketahui bersama bahwa manusia adalah mahluk yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya untuk pengembangan dirinya. Dengan kata lain, kita mempunyai kewajiban-kewajiban moral terhadap lingkungan sosialnya. Kita sadar bahwa kalau kita tidak melaksanakan tanggung jawab terhadap orang lain, tidak pantas bagi kita menuntut orang lain untuk bertanggung jawab pada kita. Kalau kita tidak berlaku adil pada orang lain, jangan harap orang lain akan berbuat adil pada kita.
B.
Tujuan
1. Memahami pengertian tanggung jawab
2. Mengetahui macam-macam tanggung jawab
3. Mengetahui contoh bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Manusia
Manusia adalah makhluk utama, yaitu
diantara semua makhluk natural dan supranatural, manusia mempunyai jiwa bebas
dan hakikat-hakikat yang mulia.
Manusia adalah kemauan bebas. Inilah
kekuatannya yang luar biasa dan tidak dapat dijelaskan. Kemauan dalam arti bahwa kemanusiaan telah masuk ke
dalam rantai kausalitas sebagai sumber utama yang bebas
kepadanya dunia alam –world of nature–, sejarah dan masyarakat sepenuhnya
bergantung, serta terus menerus melakukan campur tangan pada dan bertindak atas
rangkaian deterministis ini. Dua determinasi eksistensial, kebebasan dan
pilihan, telah memberinya suatu kualitas seperti Tuhan.
Manusia adalah makhluk yg sadar. Ini
adalah kualitasnya yang paling
menonjol. Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya refleksi yang menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia eksternal,
menyingkap rahasia yang
tersembunyi dari pengamatan, dan mampu menganalisa masing-masing realita dan
peristiwa. Ia tidak tetap tinggal pada permukaan serba indera dan akibat saja, tetapi mengamati apa yang ada di luar penginderaan dan menyimpulkan penyebab
dari akibat. Dengan demikian ia melewati batas penginderaannya dan
memperpanjang ikatan waktunya sampai ke masa lampau dan masa mendatang, ke
dalam waktu yang tidak dihadirinya secara objektif.
Ia mendapat pegangan yg benar, luas dan dalam atas lingkungannya sendiri.
Kesadaran adalah suatu zat yg lebih mulia daripada eksistensi.
Manusia adalah makhluk yg sadar
diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satunya makhluk
hidup yang mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri. Ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui, dan menilai dirinya.
Manusia adalah makhluk kreatif.
Aspek kreatif tingkah lakunya ini memisahkan dirinya secara keseluruhan dari
alam dan menempatkannya di samping Tuhan. Hal ini menyebabkan manusia memiliki
kekuatan ajaib-semu –quasi-miracolous– yang memberinya
kemampuan untuk melewati parameter alami dari eksistensi dirinya, memberinya
perluasan dan kedalaman eksistensial yang tak terbatas,
dan menempatkannya pada suatu posisi untuk menikmati apa yang belum diberikan alam.
Manusia adalah makhluk idealis,
pemuja yang ideal. Dengan ini berarti ia tidak pernah puas
dengan apa yang ada, tetapi berjuang untuk
mengubahnya menjadi apa yang
seharusnya. Idealisme adalah faktor utama dalam pergerakan dan evolusi manusia.
Idealisme tidak memberikan kesempatan untuk puas di dalam pagar-pagar kokoh
realita yang ada. Kekuatan inilah yg selalu
memaksa manusia untuk merenung, menemukan, menyelidiki, mewujudkan, membuat, dan mencipta dalam alam jasmaniah dan rohaniah.
Manusia adalah makhluk moral. Di
sinilah timbul pertanyaan penting mengenai nilai. Nilai terdiri dari ikatan yang ada antara manusia dan setiap gejala, perilaku,
perbuatan atau dimana suatu motif yang lebih
tinggi daripada motif manfaat timbul. Ikatan ini mungkin dapat disebut ikatan
suci, karena ia dihormati dan dipuja begitu rupa sehingga orang merasa rela
untuk membaktikan atau mengorbankan kehidupan mereka demi ikatan ini.
Manusia adalah makhluk utama dalam
dunia alami, mempunyai esensi uniknya sendiri, dan sebagai suatu penciptaan
atau sebagai suatu gejala yang bersifat
istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut campur dalam alam yang independen, memiliki kekuatan untuk memilih, dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup
melawan kehidupan alami. Kekuatan ini memberinya suatu keterlibatan dan
tanggung jawab yang tidak akan
punya arti kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada sistem nilai.
B.
Definisi Tanggung Jawab
Pengertian tanggung jawab dalam
Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan
dimana wajib menanggung segala sesuatu, sehingga berkewajiban menanggung,
memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan
menanggung akibatnya.
Adapun tanggung jawab secara
definisi merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan baik yang
di sengaja maupun yang tidak di
sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajiban.
Tanggung
jawab kepada diri sendiri itu adalah tanggung jawab yang ditunjukkan untuk
dirinya sendiri, khususnya yaitu tanggung kepada cita-cita kita dimasa depan.
Tanpa adanya tanggung jawab pasti cita-cita itu akan sulit untuk dicapai.
Selain kepada cita-cita, kita juga harus bisa mengatur
diri kita sendiri agar sesuai dengan cita-cita yang kita inginkan.
Tanggung jawab bersifat kodrati,
yang artinya tanggung jawab itu sudah menjadi bagian kehidupan manusia bahwa
setiap manusia dan yang pasti masing-masing orang akan memikul suatu tanggung
jawabnya sendiri-sendiri. Apabila seseorang tidak mau bertanggung jawab, maka
tentu ada pihak lain yang memaksa untuk tindakan tanggung jawab tersebut.
Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:
1.
Dari sisi yang berbuat
2.
Dari sisi
yang kepentingan pihak lain
Tanggung jawab adalah ciri manusia
beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari
akibat baik atau buruk perbuatannya itu dan
menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya.
Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh
usaha melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
C.
Hubungan Manusia dan Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan sesuatu
yang mendampingi hak asasi manusia sejak lahir. Tanggung
jawab mengandung 2 unsur kata yaitu menangggung dan menjawab. Menanggung sendiri yaitu memikul sesuatu, baik nyata ataupun tidak. Sedangkan menjawab adalah sesuatu hasil yang mutlak
dari sebuah reaksi manusia dalam merespon sesuatu disekitarnya. Dapat diartikan tanggung jawab adalah sesuatu yang
ditanggung dan harus dilakukan oleh manusia, baik terlihat maupun tidak terlihat. Tanggung jawab sendiri erat kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari manusia, maka dari
itu diperlukan sebuah tekad untuk melaksanakan sebuah tanggung jawab.
Contoh sehari-hari sebuah tanggung
jawab yaitu :
1. Seorang anak
yang telah menerima hak untuk disekolahkan oleh orang tuanya, maka harus belajar dengan giat dan menjadi seorang
siswa/siswi yang berprestasi.
2. Tuhan menciptakan manusia ke dunia dan memberikan hak untuk
hidup namun manusia tersebut harus taat dan mematuhi larangannya agar tetap
selamat.
D.
Macam-Macam Tanggung Jawab
Tujuan manusia berjuang itu untuk
memenuhi keperluannya sendiri atau untuk keperluan pihak lain. Untuk itu, ia menghadapi manusia lain dalam masyarakat atau
menghadapi lingkungan alam. Dalam usahanya itu manusia juga menyadari bahwa ada
kekuatan lain yang ikut menentukan, yaitu kekuasaan Tuhan. Dengan demikian
tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang
dibuatnya, atas dasar ini lalu dikenal beberapa jenis tanggung jawab, yaitu :
1. Tanggung
jawab terhadap Tuhan
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa
tanggung jawab, melainkan untuk mengisa kehidupannya manusia mempunyai tanggung
jawab langsung terhadap Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari
hukum-hukum Tuhan yang telah diatur sedemikian rupa dalam berbagai kitab suci
melalui berbagai macam-macam agama.
2. Tanggung
jawab terhadap diri sendiri
Tanggung
jawab terhadap diri sendiri menentukan kesadaran setiap orang untuk memenuhi
kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi.
3.
Tanggung jawab terhadap keluarga
Keluarga
merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri dari suami, isteri, ayah, ibu, anak-anak,
dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib
bertanggung jawab kepada keluarga. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik
keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, dan kehidupan.
4.
Tanggung jawab terhadap masyarakat
Pada
hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan
kedudukannya sebagai mahluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia
harus berkomunikasi dengan manusia lain. Sehingga dengan demikian manusia
disini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab
seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam
masyarakat tersebut. Wajarlah apabila segala tingkah laku
dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
5.
Tanggung jawab kepada Bangsa /
Negara
Suatu
kenyataan lagi, bahwa tiap manusia, tiap individu adalah warga negara suatu
negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia tidak dapat
berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatan itu salah, maka ia harus bertanggung
jawab kepada Negara.
E.
Pengabdian dan Pengorbanan
Wujud tanggung jawab juga berupa
pengabdian dan pengorbanan adalah berbuat baik
untuk kepentingan manusia itu sendiri.
1.
Pengabdian
Pengabdian itu adalah perbuatan baik
yang berupa pikiran, pendapat, ataupun
tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu
ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian itu hakekatnya adalah
rasa tanggung jawab, apabila orang bekerja keras sehari penuh untuk mencukupi
kebutuhan, hal itu berarti mengabdi kepada keluarga. Lain halnya jika kita
membantu teman dalam kesulitan, mungkin sampai berhari-hari itu bukan
pengabdian, tetapi hanya bantuan saja.
2.
Pengorbanan
Pengorbanan berasal dari kata korban
atau kurban yang berarti persembahan, sehingga pengorbanan berarti pemberian
untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian
itu mengandung unsur keikhlasan yang tidak mengandung pamrih suatu pemberian yang
didasarkan atas kesadaran moral yang tulus ikhlas semata-mata.
Perbedaan antara pengertian
pengabdian dan pengorbanan tidak begitu jelas, karena adanya pengabdian tentu
ada pengorbanan.
Pengorbanan merupakan juga bagian
dari pengabdian. Segala sesuatu yang bersifat pengabdian, pasti terdapat
tindakan pengorbanan, sekecil apapun itu. Berbuat pengorbanan itu
bermacam-macam, dapat berupa harta benda, pikiran, perasaan, bahkan dapat juga
berupa pengorbanan berbentuk jiwanya. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas
tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan.
Pengabdian lebih banyak mengarah
kepada perbuatan, sedangkan,
pengorbanan lebih banyak menunjuk kepada pemberian sesuatu, misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga, biaya,
waktu. Dalam pengabdian selalu dituntut pengorbanan dan pengorbanan belum tentu menuntut pengabdian.
F.
Contoh Rasa Bertanggung Jawab
1.
Terhadap diri sendiri
Misalnya sebagai seorang pelajar kita
haruslah mengerti dan menyadari posisi kita untuk senantiasa belajar dan
mengerjakan segala pekerjaan rumah dengan penuh dedikasi, karena hal-hal
seperti itulah yang akan mempengaruhi kesuksesan kita sendiri pada akhirnya.
Hal-hal tersebut tidak ada kaitannya sama sekali dengan orang lain, karena yang
menentukan jalan hidup kita, masa depan kita adalah kita sendiri.
2.
Terhadap keluarga
Misalnya seorang anak memiliki
tanggung jawab kepada keluarganya untuk selalu menjaga dan melindungi nama baik
keluarganya setiap saat dengan cara bertindak dan berperilaku dengan sopan dan
santun sesuai dengan aturan yang ada dalam masyarakat dan tidak melanggar
aturan-aturan tersebut.
3.
Terhadap masyarakat
Manusia sebagai mahkluk sosial
tentunya tidak dapat hidup sendiri dan harus bermasyarakat dengan individu
lainnya. Oleh karena itu, setiap anggota masyarakat memiliki tanggung jawab
yang sama dalam masyarakat, misalnya tanggung jawab untuk menjaga kebersihan,
keamanan, dan ketentraman di lingkungan masyarakat tersebut.
4.
Terhadap bangsa dan negara
Dalam bermasyarakat untuk mencapai tujuan
kesejahteraan bersama maka diadakannya kegiatan berbangsa dan bernegara. Dimana
masing-masing dari kita memiliki tanggung jawab yang sama untuk Negara yakni
menjaga persatuan dan kesatuan Negara dengan mengikuti hukum dan tata tertib
berbangsa dan bernegara yang diterapkan di Negara tersebut.
5.
Terhadap Tuhan
Sebagai mahkluk yang telah di
ciptakan oleh Tuhan di dunia ini, dilindungi dan dibesarkan, diberikan akal
sehat dan berbagai macam rahmat dan karunia-Nya maka kita tentunya memiliki
tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan segala sesuatu yang telah
diberikan-Nya kepada kita dan serta senantiasa mensyukuri apa yang telah
diberikan oleh Tuhan kepada kita dengan cara beribadah dan berdoa kepada-Nya.
G.
Tanggung Jawab Terhadap Anak
Pada umumnya banyak keluarga
berharap dapat mengajarkan tanggung jawab dengan memberikan tugas-tugas kecil
kepada anak dalam kehidupan sehari-hari. Dan sebagai orang tua tentunya kita pun berkeinginan untuk menanamkan
rasa tanggung jawab pada anak.
Tuntutan yang teguh bahwa anak harus
setia melakukan tugas-tugas kecil itu, memang menimbulkan ketaatan. Namun
demikian bersamaan dengan itu bisa juga timbul suatu pengaruh yang tidak kita
inginkan bagi pembentukan watak anak, karena pada dasarnya rasa tanggung jawab
bukanlah hal yang dapat diletakkan pada seseorang dari luar, rasa tanggung
jawab tumbuh dari dalam, mendapatkan pengarahan dan pemupukan dari sistem nilai
yang kita dapati dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Rasa tanggung jawab
yang tidak bertumpuk pada nilai-nilai positif, adakalanya dapat berubah menjadi
sesuatu yang asosial.
Ada beberapa cara yang dapat
diterapkan untuk mendidik anak sejak usia dini agar menjadi anak yang
bertanggung jawab, sebagaimana Charles Schaeffer, Ph.D. mengutip apa yang
pernah dikemukakan oleh Dr. Carlotta De Lerma tentang prinsip-prinsip penting
yang harus dilakukan untuk membantu anak bertanggung jawab.
1. Memberi
teladan yang baik
Dalam mengajarkan tanggung jawab
kepada anak akan lebih berhasil dengan memberikan suatu teladan yang baik. Cara
ini mengajarkan kepada anak bukan saja apa yang harus dilakukan dan bagaimana
cara melakukannya, akan tetapi juga bagaimana orang tua melakukan tugas semacam itu.
2. Tetap dalam
pendirian dan teguh dalam prinsip
Dalam hal melakukan pekerjaan, orang tua harus melihat apakah anak melakukannya dengan
segenap hati dan tekun. Sangat penting bagi orang tua untuk memberikan suatu perhatian pada tugas yang
tengah dilakukan oleh si anak. Janganlah sekali-kali kita menunjukkan secara
langsung tentang kesalahan-kesalahan anak, tetapi nyatakanlah bagaimana cara
memperbaiki kesalahan tersebut. Dengan demikian orang tua tetap dalam pendirian dan teguh dalam prinsip untuk menanamkan rasa tanggung
jawab kepada anaknya.
3. Memberi
anjuran atau perintah hendaknya jelas dan terperinci.
Orang tua dalam memberi perintah ataupun anjuran hendaklah
diucapkan atau disampaikan dengan cukup jelas dan terperinci agar anak mengerti
dalam melakukan tugas yang dibebankan kepadanya.
4. Memberi
ganjaran atas kesalahan
Orang tua hendaknya tetap memberi perhatian kepada setiap
pekerjaan anak yang telah dilakukannya sesuai dengan kemampuannya. Tidak patut
mencela pekerjaan anak yang tidak diselesaikannya. Kalau ternyata anak belum
dapat menyelesaikan pekerjaannya saat itu, anjurkanlah untuk dapat melakukan
atau melanjutkannya besok hari. Dengan memberikan suatu pujian atau penghargaan
akan membuat anak tetap berkeinginan menyelesaikan pekerjaan itu. Seringkali
orang tua senang
menjatuhkan suatu hukuman kepada anak yang tidak berhasil menyelesaikan
tugasnya. Andaikan memungkinkan lebih baik memberikan ganjaran atas kesalahan
dan tidak semata-mata mempermasalahkannya.
5. Jangan
terlalu banyak menuntut
Orang tua selayaknya tidak patut terlalu banyak menuntut
dari anak, sehingga dengan sewenang-wenang memberi tanggung jawab yang tidak
sesuai dengan kemampuannya. Berikanlah tanggung jawab itu setahap demi setahap
agar si anak dapat menyanggupi dan menyenangi pekerjaan itu.
Suatu kebiasaan yang keliru pada
orang tua dalam
hal mendidik anak adalah bahwa mereka seringkali sangat memperhatikan dan
mengikuti emosinya sendiri. Tetapi sebaliknya emosi anak-anak justru kurang
diperhatikan. Orang tua boleh
saja marah kepada anak, akan tetapi jagalah supaya kemarahan yang dinyatakan
dalam tindakan seperti omelan dan hukuman itu benar-benar tepat untuk
perkembangan jiwa anak. Dengan perkataan lain, marahlah pada saat si anak
memang perlu dimarahi.
Anak-anak yang sudah mampu berespon
secara tepat adalah anak yang sudah mampu berfikir dalam mendahulukan
kepentingan pribadi. Dan anak seperti ini sudah tinggal selangkah lagi kepada
pemilikan rasa tanggung jawab.
Pada hakekatnya tanggung jawab itu
tergantung kepada kemampuan, janganlah lantas kita mengatakan bahwa anak yang
berusia tujuh tahun itu tidak mempunyai tanggung jawab, karena tidak menjaga
adiknya secara baik, sehingga si adik terjatuh dari atas tembok. Sesungguhnya
anak yang baru berusia tujuh tahun tidak akan mampu melakukan hal seperti itu.
Jelaslah bahwa beban tanggung jawab yang diserahkan pada seorang anak haruslah
disesuaikan dengan tingkat kematangan anak. Untuk itu dengan sendirinya orang tua merasa perlu untuk lebih jauh mengenal tentang
kemampuan anaknya.
Dalam memberikan anak suatu
informasi tentang hal yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan
adalah sangat penting. Tanpa pengetahuan ini anak tidak bisa disalahkan bila ia
tidak mau melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Namun untuk sekedar
memberitahu secara lisan, seringkali tidak cukup. Orang tua juga harus bisa menjelaskan dengan contoh
bagaimana caranya melakukan hal tersebut, disamping harus dijelaskan
alasan-alasan mengapa hal itu harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
Biasanya kita cenderung untuk
melihat rasa tanggung jawab dari segi- segi yang konkrit, seperti : apakah tingkah lakunya sopan atau tidak ; kamar anak bersih atau tidak ; apakah si anak sering terlambat datang ke sekolah
atau tidak ; dan
sebagainya.
Seorang anak bisa saja berlaku
sopan, datang ke sekolah tepat pada waktunya, tetapi masih juga membuat
keputusan-keputusan yang tidak bertanggungjawab. Contoh seperti ini seringkali
kita jumpai terutama pada anak-anak yang selalu mendapatkan instruksi atau
petunjuk dari orang tua mengenai
apa yang mesti mereka kerjakan sehingga mereka kurang mendapat kesempatan untuk
mengadakan penilaian sendiri, mengambil keputusan sendiri, serta mengembangkan norma-norma yang ada dalam
dirinya.
Rasa tanggung jawab sejati haruslah
bersumber pada nilai-nilai asasi kemanusiaan. Nilai-nilai tidak dapat diajarkan
secara langsung. Nilai-nilai dihirup oleh anak dan menjadi bagian dari dirinya
hanya melalui proses identifikasi, dengan pengertian lain, anak menyamakan
dirinya dengan orang yang ia cintai dan ia hormati serta berusaha meniru
mereka. Contoh hidup yang diberikan orang tua akan menciptakan suasana yang diperlukan untuk
belajar bertanggung jawab. Pengalaman-pengalaman konkrit tertentu memperkokoh
pelajaran itu sehingga menjadi bagian dari watak dan kepribadian anak.
Jadi, jelaslah bahwa masalah rasa tanggung jawab
pada anak, akhirnya kembali pada orangtuanya sendiri, atau dengan kata lain
terpulang pada nilai-nilai dalam diri orang tua, yaitu seperti tercermin dalam mengasuh dan
mendidik anak.
H.
Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri
1. Menyadari
bahwa orang yang memegang kendali atas kehidupanmu adalah dirimu. Kamu bertanggung jawab atas kualitas kehidupanmu. Ini merupakan faktor yang membedakan mereka yang
berharap akan kehidupan yang lebih baik dan mereka yang memilik kehidupan yang
lebih baik.
2. Mencari
fakta dan melihat segala sesuatu seperti apa adanya supaya kamu bisa
memperbaikinya. Kemudian
menciptakan visi baru dengan melihat segala sesuatu seperti yang kamu inginkan.
3. Jangan
beralasan karena tidak ada yang ingin mendengarnya dan itu
hanya akan memperlambat.
4. Mengakui
bahwa tindakan menyalahkan berawal dari penyangkalan dan tidak menghasilkan
apapun karena tak peduli
seberapa besar kamu menyalahkan segala sesuatu diluar dirimu, hal itu tidak akan mengubahmu dan keadaanmu.
5. Menyadari
bahwa kamu bisa mengubah apapun hanya dengan melakukan atau memikirkan segala
sesuatu secara berbeda. Memahami
bukan seberapa penting apa yang
terjadi pada dirimu tetapi caramu menyikapilah yang lebih penting. Dan caramu menyikapi sesuatu adalah terserah padamu.
6. Mengingat bahwa hasil tidak berbohong. Cara
termudah untuk mendapati sesuatu tidak berhasil adalah dengan memperhatikan
hasil yang kamu dapatkan.
7. Memberi perhatian pada peringatan yang kamu terima dari orang lain
atau intuisimu. Sering
kali ada sinyal yang bisa membantumu mencegah konsekuensi yang tidak kamu
inginkan dikemudian hari.
8. Mengingat
bahwa kamu punya segala sesuatu yang kamu perlukan untuk mendapatkan hasil yang
kamu inginkan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah
laku atau perbuatan baik yang di sengaja
maupun yang tidak di sengaja.
Tanggung
jawab bersifat kodrati, yang artinya tanggung jawab itu sudah menjadi bagian
kehidupan manusia bahwa setiap manusia dan yang pasti masing-masing orang akan
memikul suatu tanggung jawabnya sendiri-sendiri.
Tanggung
jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:
1.
Dari sisi yang berbuat
2.
Dari sisi
yang kepentingan pihak lain
Macam-macam tanggung jawab :
1.
Tanggung jawab terhadap Tuhan
2.
Tanggung jawab terhadap diri
sendiri
3.
Tanggung jawab terhadap keluarga
4.
Tanggung jawab terhadap
masyarakat
5.
Tanggung jawab terhadap Bangsa /
Negara
B.
Saran
Sikap bertanggung jawab harus diterapkan sejak dini. Tanggung jawab itu sangat penting sekali dalam kehidupan
karena tanggung jawab akan mencerminkan diri kita sendiri di hadapan orang
banyak. Jika kita ada niat untuk menanamkan rasa tanggung jawab dalam diri kita
sendiri, pasti kita akan mendapat kepercayaan dari orang banyak dan
kita juga harus bisa menjaga kepercayaan seseorang dengan rasa tanggung jawab yang
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA